Perihal Jodoh : Ikhlaskan!
09.53.00Petang itu aku bersama seorang teman menghabiskan waktu sore di sebuah kedai bakso tak jauh dari pusat kota. Sembari menghabiskan satu ma...
Petang itu aku bersama seorang teman menghabiskan waktu sore di sebuah kedai bakso tak jauh dari pusat kota. Sembari menghabiskan satu mangkok bakso kami berbincang-bincang ringan.
“Ehh, kabarnya si fulan itu sudah siap loh untuk dilamar,” ucapnya dan aku mengerti yang dimaksud Fulan itu, seorang wanita yang sudah lama aku sukai.
“Kamu tahu dari mana kalau dia sudah siap?” tanyaku, sedikit memastikan.
“Yah, kamu tidak perlu tahu dari mana kabar itu, tapi aku yakinlah si fulan itu sudah siap!” beliau menegaskan kata-katanya. Aku hanya diam, dan sedikit merenungi bagaimana kalau apa yang ia katakana benar adanya, lalu apa yang harus aku lakukan sebagai lelaki yang sudah tercandu cinta ini.
“Kamu harus cepat, nanti disamber sama yang lain gimana?” menanggapi ucapannya itu aku hanya bisa tersenyum.
“Terus terang saat ini aku harus ngaca diri banyak-banyak, siapalah aku? Hanya lelaki biasa tak berpendidikan tinggi, sementara dia wanita sholeha, cerdas, mandiri, cantik dan juga berpendidikan tinggi, tentu dia juga sudah punya standar yang tinggi untuk lelaki yang dijadikan suaminya,” jawabku.
“Jangan terlalu banyak ngaca, terus?”
“Yah ikhlaskan, toh aku juga sudah dari jauh-jauh hari mengikhlaskan bila pada kenyataannya dia bukan untukku.” Percakapan mengenai si fulan berakhir, dia hanya memberikan sedikit info tentang siapa saja yang sebenarnya juga tertarik pada fulan itu, yang aku tahu juga dari kesemuanya itu memiliki standar yang tinggi dan tentu melampaui apa yang kumiliki, baik kemapanan hidup, pendidikan serta usia yang sudah matang, tentu ini menjadi wahana persaingan tingkat tinggi. Wehee…
Namun aku yakin dan percaya, aku masih ada Allah yang memiliki segalanya, dialah sang Maha Cinta, pemiliki ketetapan Jodoh, Rejeki dan juga maut. Lalu kenapa apa salahnya bila aku meminta cinta pada-Nya dalam bentuk cinta seorang wanita dalam bingkai rumah tangga. Bila diizinkan maka permudahkanlah niatku ini, bila tidak diizinkan maka ajarkan aku untuk segera menghikhlaskan semuanya dan aku yakinkan aku bahwa semua yang terbaik telah Engkau persiapkan untukmu.
Itulah kira-kira untaian doa yang selalu kulantunkan disetiap sholatku, karena sekali lagi aku bukan siapa-siapa, bukan lelaki berpendidikan tinggi, bukan pula lelaki berkantong tebal. Tapi, aku masih ingat bahwa aku masih punya Allah SWT sang pemilik cinta, sang pembolak balik isi hati manusia, kenapa aku harus lemah karena urusan cinta.
Maka tugasku hanyalah berdoa, berikhtiar (dalam bentuk memperbaiki diri, memantaskan diri, mempertebal iman serta menjaga kesucian cinta agar tidak tergelincir pada jurang yang menghancurkan) terakhir bertawakal sebagaimana yang telah dianjurkan biar Allah SWT ini yang mengatur jalur cinta agar tepat pada kadarnya masing-masing. Dan tak kalah penting mengikhlaskan akan apa yang akan terjadi nanti. Wallahu a’lambishawab, bila ada kekeliruan didalam tulisan ini tolong dimaafkan bila ada kebenaran, yakinlah itu kebenaran dari Allah dan milik Allah.